Pengelolaan limbah peternakan merupakan isu strategis dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas peternakan, baik berupa kotoran padat maupun cair, jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara. Namun, di sisi lain, limbah tersebut sesungguhnya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik (kompos) yang bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan.
Pemanfaatan limbah peternakan menjadi pupuk kompos mendukung konsep circular economy dalam sektor pertanian, yakni mengubah limbah menjadi sumber daya baru yang bermanfaat. Pupuk organik terbukti mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, serta menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman. Di samping itu, penggunaan pupuk organik juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia, yang harganya cenderung mahal dan ketersediaannya sering kali terbatas.
Bahwa Fakultas Pertanian Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Peternakan di Desa Paloh Seulimeng, pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kegiatan ini menghadirkan narasumber berkompeten, yakni Ir. Suryani, M.Pt. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNIKI, serta Mhd. Taufiq Hadi Wijaya, S.Pt., M.Pt. selaku Ketua Program Studi Peternakan. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Desa paloh seulimeng setempat, mahasiswa, kepala desa Sufyan, serta para dosen, dengan total peserta mencapai 60 orang.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman sekaligus keterampilan praktis bagi masyarakat desa dalam mengelola limbah peternakan menjadi produk pupuk organik yang bermanfaat, baik untuk pemupukan hijauan pakan ternak maupun tanaman pertanian seperti jagung, cabai, kelapa sawit, dan lainnya.
Konsep Pupuk Organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami seperti kotoran ternak, sisa tanaman, limbah pertanian, maupun sampah organik rumah tangga. Proses pengomposan melibatkan aktivitas mikroorganisme yang menguraikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih stabil dan mudah diserap oleh tanaman. Disamping itu secara umum, pupuk organik berperan dalam: Meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Menyediakan unsur hara secara berkelanjutan. Mendukung pertanian ramah lingkungan.
Limbah peternakan sebagai bahan baku yaitu kotoran ternak mengandung unsur hara penting, terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Namun, jika langsung dibuang atau digunakan tanpa proses pengomposan, kotoran ternak dapat menimbulkan bau tidak sedap, pencemaran, serta penyebaran penyakit. Dengan pengolahan yang tepat, limbah ini dapat dikonversi menjadi pupuk kompos berkualitas.
Desa Paloh Seulimeng sebagai desa dengan aktivitas peternakan dan pertanian yang cukup tinggi, masyarakat Desa Paloh Seulimeng berpotensi besar memanfaatkan limbah peternakan. Kehadiran pelatihan ini memberikan solusi praktis dalam mengelola limbah sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian lokal.
Pelatihan ini memiliki beberapa tujuan utama, antara lain: Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah peternakan secara ramah lingkungan. Mentransfer keterampilan teknis dalam proses pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia yang mahal dan sering langka di pasaran. Meningkatkan produktivitas pertanian dan peternakan melalui pemanfaatan pupuk organik. Mendorong kemandirian desa dalam mengelola sumber daya lokal demi tercapainya pertanian berkelanjutan.
Acara ini dibuka oleh Keuchik Sufyan, pada kesempatan ini menyampaikan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dengan masyarakat desa dalam mengembangkan inovasi berbasis potensi lokal. Selanjutnya, sambutan juga diberikan oleh perwakilan Fakultas Pertanian UNIKI, yang menyampaikan komitmen kampus untuk mendukung pengabdian masyarakat secara berkelanjutan.
Materi inti disampaikan oleh kedua narasumber, ibuk Ir. Suryani, M.Pt. Menjelaskan teori dasar pupuk organik, manfaat ekologis, serta peluang ekonomi dari usaha kompos. Menekankan pentingnya mengurangi dampak pencemaran lingkungan melalui pemanfaatan limbah peternakan. Mhd. Taufiq Hadi Wijaya, S.Pt., M.Pt. Menyampaikan,bahwa panduan teknis pembuatan pupuk kompos. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: Pengumpulan bahan baku (kotoran ternak, jerami, sekam, dll.). Pencampuran bahan dengan perbandingan tertentu. Penambahan aktivator atau bio-dekomposer. Proses fermentasi dan pengadukan rutin. Pemanenan kompos setelah 4–6 minggu. Namun peserta tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga praktik langsung membuat kompos menggunakan bahan lokal.
Dalam diskusi dan partisipasi peserta diberikan kesempatan berdiskusi. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain: Bagaimana cara menjaga kualitas kompos agar unsur haranya tetap tinggi? Apakah kompos dari kotoran ayam lebih baik dibandingkan kotoran sapi atau kambing? Bagaimana peluang usaha menjual kompos sebagai produk bernilai ekonomi?. Narasumber menjawab secara komprehensif, menekankan bahwa kualitas kompos dipengaruhi oleh keragaman bahan, keseimbangan karbon dan nitrogen (C/N ratio), serta pengelolaan fermentasi.
Kegiatan ini menghasilkan beberapa capaian penting: Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam membuat pupuk organik. Produk kompos awal yang langsung dihasilkan saat pelatihan, sehingga peserta memiliki contoh nyata. Terbentuknya kesadaran kolektif tentang pentingnya mengelola limbah peternakan secara berkelanjutan. Komitmen desa untuk mengembangkan unit pengolahan kompos skala kelompok tani.
Hasil pupuk organik dari limbah peternakan ini dapat dimanfaatkan untuk: Hijauan pakan ternak: Menyuburkan tanaman rumput gajah, odot, atau leguminosa yang menjadi sumber pakan ternak. Tanaman pangan: Jagung, padi, dan kacang-kacangan yang membutuhkan unsur hara makro. Tanaman hortikultura: Cabai, tomat, terong, dan sayuran daun. Tanaman perkebunan: Kelapa sawit, kakao, dan kopi. Dengan penerapan yang konsisten, pupuk kompos berpotensi meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus menjaga kualitas lingkungan desa.
Pelatihan pembuatan pupuk organik dari limbah peternakan di Desa Paloh Seulimeng merupakan langkah konkret dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam masyarakat. Kehadiran narasumber ahli, dukungan perguruan tinggi, serta antusiasme masyarakat menunjukkan bahwa sinergi antara akademisi dan masyarakat desa mampu menghasilkan solusi inovatif terhadap permasalahan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Dengan hasil pelatihan ini, diharapkan Desa Paloh Seulimeng dapat menjadi pilot project di desa percontohan dalam pengelolaan limbah peternakan menjadi produk pupuk organik. Selain memberikan manfaat ekologis, langkah ini juga membuka peluang usaha baru dan memperkuat kemandirian desa dalam bidang pertanian.
Penulis:
Yusri,M.S.,M.S
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisniss Uniki Bireuen
